Oleh:
Marlaf Sucipto
Hari
ini (21/9) atas nama Indonesia Belajar Institut (IBI), saya menghadiri
sebuah acara bertajuk International Day of Peace. Acara yang diprakarsai
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan penggerak utamanya adalah
komunitas anak muda yang tergabung dalam Young Interfaith Peacemaker
Community Indonesia. Acara ini dihelat dalam rangka agar kita terus
menyemai damai, mulai dari kata dan tindakan, di mana pun, kapan pun, dan saat
dalam kondisi seperti apa pun kita hidup.
Peringatan
hari damai international lahir, lebih karena kata dan prilaku sebagian manusia,
sudah mulai tidak mendamaikan. Mereka cenderung semena-mena dalam memperlakukan
sesama ciptaan-Nya. Memang, sejarah pengrusakan di muka bumi ini sebab utamanya
karena ulah manusia yang takluk tunduk atas nafsu serakahnya sendiri. Ia mau
melakukan apa pun, membunuh, merusak, mengeksploitasi di luar batas kewajaran
hanya semata pemujaannya atas keserakahan tersebut. Kini, mereka yang gandrung
memuja keserakahan, kerap berlindung di balik kata-kata yang seakan baik.
Modernis, maju, beradab, dan istilah-istilah lain yang sengaja dicipta untuk
memupuk delusi hidup.